“If you want to be happy, do not dwell in the past, do not worry about the future, focus on living fully in the present.”
― Roy T. Bennett
Fokus adalah rahasia keunggulan. Hampir semua orang yang sukses di bidangnya memiliki kemampuan untuk fokus. Fokus berarti memberikan atensi penuh pada satu hal dan mengabaikan gangguan di sekitarnya.
Seorang atlit tennis misalnya, mereka perlu memiliki kemampuan untuk hadir utuh di pertandingan. Mengabaikan teriakan-teriakan penonton yang dapat mendistraksi kemampuannya.
Seorang penjual yang hebat memiliki kemampuan untuk fokus pada calon pelanggannya saat melakukan presentasi penjualan.
Seorang pemimpin bisnis, perlu kemampuan untuk fokus pada dinamika perubahan yang terkait dengan industrinya. Sehingga ia bisa beradaptasi dan mengambil keputusan strategis yang tepat.
fokus-rahasia-keunggulan
Fokus, adalah keterampilan yang jarang dimiliki manusia di era ini. Di era yang penuh distraksi dan banjir informasi seperti ini, attention span manusia menjadi sangat pendek. Mereka dengan mudah teralihkan perhatiannya. Oleh sosmed, gadget dan sebagainya. Sekali lagi, fokus menjadi keterampilan penting di era yang penuh distraksi dan banjir informasi seperti saat ini.
Jika dilihat dari ilmu neurologi, kemampuan fokus terkait dengan fungsi PFC (Pre-Frontal Cortex). PFC adalah CEO dari otak kita. Berfungsi tidak hanya mengatur atensi, namun juga mengambil keputusan, mengelola willpower, juga membedakan baik dan buruk. Tidak heran, bila kemampuan fokus seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan-kemampuan ini. Semakin terampil seseorang untuk mengelola atensi/fokus-nya semakin terampil ia mengambil keputusan, mengelola willpower, dan membedakan baik dan buruk. Secara ringkas, fokus membuat seseorang mampu menuntaskan apa yang sudah dimulainya.
Daniel Goleman, dalam bukunya FOCUS: The Hidden Driver of Excellence, menyebutkan ada tiga area fokus.
Pertama, inner focus.
Kemampuan seseorang mengenali pikiran, perasaan dan tubuhnya sendiri. Istilah lainnya adalah Self-Awareness (kesadaran diri). Ini merupakan kunci untuk Self-Regulation, Self-Management, dan Self-Control (pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian diri). Kita dapat melatih inner focus dengan banyak hal. Misalnya: meditasi, zhan zhuang, tai chi, sholat khusyu, atau mempraktikkan mindfulness. Tidak heran bila ada sebuah ayat menjelaskan bahwa shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar (Al Ankabut: 45). Secara sains, shalat (yang khusyu) melatih Self-Awareness dan Self-Awareness meningkatkan kemampuan Self-Control.
Sementara jika ditilik dari kacamata NLP, kita dapat melatih inner focus dengan melatih internal sensory acuity. Di kelas NLP Essential, Anda akan belajar banyak tentang hal ini.
Kedua, other focus.
Kemampuan seseorang mengenali pikiran dan perasaan orang lain. Ini adalah dasar dari empati dan rapport. Ada tiga area dari other focus:
Cognitive empathy: berpikir dari sudut pandang orang lain.
Emotional empathy: merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Emphatic concern: kepedulian dan rasa welas asih terhadap orang lain.
Ketiga, outer focus.
Kemampuan seseorang mengenali pola dalam kekacauan dan kesadaran terhadap sistem yang lebih luas. Saya berpendapat, kesadaran terhadap ekologi dan Neuro-Logical Level dalam NLP dapat digunakan untuk melatih outer focus ini.
Maka, bila kita ingin menjadi seorang leader yang efektif, mau tidak mau kita perlu melatih tiga macam fokus ini: inner, other, dan outer. Dari ketiga macam fokus ini, mana yang Anda rasa masih kurang tajam? Lalu bagaimana Anda akan melatihnya?
/NLP
www.sahabatpare.com